search

30 July 2008

Papua Makin Populer di Mata Turis

Jalan-jalan ke Papua? Jauh kaleee.... Mungkin itu tanggapan sebagian orang jika ditawarkan jalan-jalan ke provinsi di ujung timur Indonesia itu. Papua memang tidak populer sebagai destinasi wisata. Selain jauh, infrastruktur di provinsi itu juga terbatas.

Namun, siapa nyana, ternyata salah satu kabupaten di Papua, yaitu Biak Numfor, mendapat lonjakan kedatangan wisatawan. Arus kunjungan wisatawan ke Kabupaten Biak Numfor,Papua, dalam dua tahun terakhir mengalami kenaikan 29,3 persen dari 16.216 orang menjadi 20.976 orang.
   
"Peningkatan jumlah kunjungan wisatawan ke Kabupaten Biak Numfor 30,17 persen itu terbanyak adalah wisatawan Nusantara," kata Bupati Yusuf Melianus Maryen, dalam laporan pertanggungjawaban akhir jabatan 2004-2008 di Biak, Selasa (22/7).
   
Ia menyebutkan, dari peningkatan jumlah kunjungan wisatawan ke Kabupaten Biak Numfor dengan waktu tinggal bagi turis luar negeri berkisar 3-10 hari hingga satu bulan.
   
Sejalan dengan itu, peningkatan arus kunjungan wisatawan ke Biak diimbangi juga dengan terpenuhinya tingkat hunian hotel mencapai 80 persen dari kapasitas kamar yang tersedia.
   
"Peningkatan arus kunjungan wisatawan luar negeri dan nusantara ke daerah ini terjadi sejak pemerintah kabupaten mencanangkan Biak sebagai kota jasa sejak beberapa tahun belakangan ini,"ungkap Bupati Maryen saat menyampaikan laporan pertanggungjawaban akhir jabatan setebal 54 halaman.

Yang menarik di Biak

Meski tidak populer, bukan berarti Biak tidak menarik. Kabupaten yang terletak di bagian utara Papua ini memiliki sejumlah obyek wisata yang layak disambangi. Yang paling eksotis adalah wisata bawah air. Laut Biak menyimpan keindahan tiada tara. Kondisi alamnya masih alami. Keindahan alam bawah air ini dapat dijumpai di daerah sekitar Atol kepulauan Padaido, arah Timur Pulau Biak.

Di Kota Biak, obyek wisata yang dapat dinikmati para pelancong adalah Pantai Water Basis, Taman Anggrek, Taman Burung, Kolam Biru, Pantai Parai, Museum Biak, dan Goa Jepang

Sementara di Biak Timur ada Pantai Bosnik, Pantai Barito, Tanjung Barari, Hutan Damar Adibai, dan Kepulauan Padaido. Di Biak Utara ada Pantai Korem Biak Utara, Pantai Wari, Air Terjun, dan Batu Gong.

MBK 
Sumber : Ant

Bukit Bangkirai, Kawasan Wisata Alam yang Mempesona

Jika anda ingin berwisata di akhir pekan, kawasan wisata alam Bukit Bangkirai yang terletak di Kecamatan Samboja mungkin dapat dijadikan pilihan liburan bersama keluarga, relasi atau kekasih. Di kawasan Bukit Bangkirai ini, wisatawan dapat menikmati suasana hutan hujan tropis yang masih alami dan bahkan kicauan burung dan suara-suara satwa hutan lainnya pun masih dapat didengarkan.

Tak hanya itu, para wisatawan yang memiliki masalah berada di ketinggian mungkin dapat mencoba tantangan untuk meniti canopy bridge atau jembatan tajuk yang digantung menghubungkan 5 pohon Bangkirai. Tentunya ada perasaan ngeri namun mengasyikkan bila menyusuri jembatan gantung di ketinggian 30 meter dari muka tanah sementara desiran angin yang sejuk cukup membuat bulu kuduk merinding, apalagi jembatan semakin berayun-ayun di saat kita baru mencapai separo jalan.
Tapi bagi yang jiwanya tidak memiliki masalah terhadap ketinggian, berjalan menyusuri canopy bridge sungguh menyenangkan. Dari atas canopy bridge, wisatawan dapat dengan leluasa melihat panorama hutan hujan tropis (tropical rain forest) Bukit Bangkirai serta mengamati dari dekat formasi tajuk tegakan "Dipteropcarpaceae" yang menjadi ciri khas hutan hujan tropis, yang membentuk stratum atas yang saling sambung menyambung.
Panjang keseluruhan canopy bridge yang ada di Bukit Bangkirai adalah sepanjang 64 meter yang menghubungkan 5 pohon Bangkirai. Untuk mencapai canopy bridge, terdapat dua menara dari kayu ulin yang didirikan mengelilingi batang pohon Bangkirai.

"Canopy bridge yang ada di Bukit Bangkirai ini merupakan yang pertama di Indonesia, kedua di Asia dan yang kedelapan di dunia. Konstruksinya dibuat di Amerika Serikat, dan dari segi keamanan juga cukup terjamin." kata Ir Ruspian Noor, salah seorang petugas dari PT Inhutani I.

Sebagai kawasan wisata alam, berbagai sarana dan prasarana telah dipersiapkan bagi para wisatawan yang datang seperti restoran dengan menu yang cukup bervariasi, lamin untuk pertemuan yang mampu menampung 100 orang, serta penginapan berupa cottage dengan fasilitas AC maupun jugle cabin, yakni cottage yang tidak dilengkapi fasilitas listrik sehingga wisatawan yang menginap disitu dapat merasakan suasana hutan yang sebenarnya.

Menara menuju canopy bridge

Kawasan Bukit Bangkirai yang luasnya mencapai 1.500 hektare ini merupakan kawasan hutan konservasi yang mempunyai peran penting untuk mengembangkan monumen hutan alam tropika basah yang dapat dijadikan sebagai sarana pendidikan lingkungan dan kehutanan. 


Kawasan hutan wisata ini bertujuan untuk mengembangkan potensi wisata alam dan penelitian ilmiah serta meningkatkan kecintaan masyarakat terhadap lingkungan dan hutan. Pada tanggal 14 Maret 1998, 510 hektare dari kawasan ini diresmikan sebagai kawasan wisata oleh Djamalludin Suryohadikusumo, Menteri Kehutanan RI pada Kabinet Pembangunan VI sebagai upaya pengembangan potensi wisata alam dan ilmiah serta untuk meningkatkan kecintaan terhadap lingkungan terutama pada flora dan fauna.

Kawasan wisata alam ini diberi nama Bukit Bangkirai karena dominannya pohon jenis Bangkirai yang tumbuh di kawasan hutan lindung ini. Pohon Bangkirai pun kemudian dijadikan maskot utama obyek wisata yang telah mendunia ini. Di kawasan ini banyak terdapat pohon Bangkirai yang berumur lebih dari 150 tahun dengan ketinggian mencapai 40 hingga 50 m, dengan diameter 2,3 m. Pertumbuhan banir (akar papan) yang besar dan kuat menjadikan pohon ini memiliki nilai keindahan tersendiri.

Bukit Bangkirai terletak sekitar 150 km dari kota Tenggarong atau Samarinda dan hanya sekitar 58 km dari arah kota Balikpapan serta 20 km dari ibukota Kecamatan Samboja. Untuk mencapai kawasan wisata alam ini, wisatawan dapat menempuhnya melalui jalan darat dengan menggunakan kendaraan roda empat maupun roda dua.
Kera ekor panjang, salah satu penghuni Bukit Bangkirai

Secara geografis, kawasan Bukit Bangkirai termasuk dataran rendah (primary lowland) "Dipterocarp forest" yang stabil, sehingga kawasan ini dijadikan tempat invasi burung dari wilayah Kawasan Hutan Taman Wisata Bukit Soeharto (sekitar 30 km) maupun wilayah sekitarnya yang terkena pengaruh kebakaran hutan. Dari pengamatan yang telah dilakukan, terdapat 113 jenis burung yang hidup di kawasan Bukit Bangkirai ini.


Jenis-jenis fauna yang ada di kawasan Bukit Bangkirai adalah Owa-Owa (Hylobates muelleri), Beruk (Macaca nemestrina), Lutung Merah (Presbytus rubicunda), Monyet Ekor Panjang (Macaca fascicularis), Babi Hutan (Susvittatus), Bajing Terbang (Squiler) serta Rusa Sambar (Corvus unicolor) yang telah ditangkarkan.

Kawasan Bukit Bangkirai juga kaya akan anggrek alam yang tumbuh secara alami di pepohonan yang masih hidup maupun yang sudah mati. Sedikitnya ada 45 jenis anggrek yang dapat dijumpai di kawasan ini, diantaranya adalah Anggrek Hitam (Coelegyne pandurata) yang sangat terkenal dan menjadi salah satu maskot Kalimantan Timur. Selain pembudidayaan anggrek-anggrek alam, juga dilakukan pengembangan anggrek silangan seperti Anggrek Kala, Anggrek Apple Blossom dan Anggrek Vanda. Selain kebun anggrek, kawasan wisata alam ini juga dilengkapi dengan kebun buah-buahan seluas 4 hektare.

Untuk menjaga keutuhan dan kelestarian pohon bangkirai di kawasan ini, pihak pengelola Bukit Bangkirai menawarkan program Adopsi Pohon kepada para sponsor atau donatur untuk menjadi "orangtua asuh" bagi pohon-pohon bangkirai yang dikehendaki. Saat ini pengadopsian pohon tersebut banyak dilakukan oleh pihak VIVO JICA Japan. Anda tertarik untuk mengadopsi sebuah pohon? Datanglah ke Bukit Bangkirai, berekreasi sambil melestarikan alam. (win)

sumber : kutaikartanegara.com